Dinas Pertanian Kabupaten Sarmi Lakukan Pencegahan Terhadap Masuknya Penyakit ASF Virus Demam Babi Di Sarmi

0
207

Diskominfo Sarmi – Dinas Pertanian Kabupaten Sarmi, Bidang Peternakan melakukan pencegahan dengan cara membagi selebaran stiker, dan pemasangan baliho di tempat-tempat keramaian, serta himbauan kepada masyarakat akan pentingnya menjaga kesehatan dari virus ASF (African Swine Fever) Virus demam babi,

Kepala Bidang Peternakan Dinas Pertanian Kabupaten Sarmi, drh. Dorkas, Y.L Imbiri, M.KP, Kamis, 6/6/2024, menjelaskan, bahwa, ASF (African Swine Fever) atau demam babi Afrika sudah menyebar di berbagai belahan dunia, termasuk Eropa dan Asia.
Di Indonesia penyebaran ASF meluas di beberapa propinsi, terbaru adalah ditemukannya ASF di peternakan babi rakyat pada bulan Mei 2021 di Kabupaten Berau Kaltim berdasarkan hasil uji laboratorium BVET Banjar Baru.

Kondisi ini tentu harus menjadi perhatian, karena lalu lintas ternak antar kabupaten di wilayah Kaltim cukup padat, jangan sampai ASF masuk ke Papua hingga di Kabupaten Sarmi,” ujar drh. Dorkas. Oleh karenanya penting dilakukan upaya pencegahan penyakit ASF.

Dalam upaya mencegah penularan penyakit ASF dari tertular, maka Dinas Pertanian Kabupaten Sarmi bersama tim meningkatkan kewaspadaan dini (early warning system) melalui pengawasan lalu lintas ternak di perbatasan serta monitoring dan penyampaian komunikasi informasi dan edukasi (KIE) di tempat peternakan babi rakyat di beberapa distrik dan kampung.

Populasi ternak babi di Kabupaten Sarmi diperkirakan berjumlah 5.820 ekor babi, yang tersebar di kampung-kampung di Kabupaten Sarmi.

Dorkas menjelaskan lebih lanjut, faktor resiko penyebaran penyakit dan dampak ekonomi yang ditimbulkan oleh penyakit ASF.
Penyakit ini disebabkan oleh virus sampai saat ini belum ditemukan obat dan vaksin yang bisa menangkal penyakit tersebut. Faktor resiko penyakit adalah sweel feeding berupa pakan dari sisa catering/hotel dan makanan dari kapal asing yang mengandung virus, serta keberadaan babi liar yang terinfeksi virus ASF. Kematian yang ditimbulkan penyakit ASF, akibat virus yang virulensi menengah berkisar 30-70% populasi, bahkan mencapai 100% pada virus yang virulensinya tinggi. Dampak lainnya adalah hilangnya mata pencaharian peternak babi. Selain kerugian ekonomi, terdapat biaya program pengendalian penyakit ASF yang sangat tinggi yang harus dikeluarkan daerah, diantaranya untuk pengendalian lalu lintas, pengendalian vektor, biosekuriti, pemantauan dan surveilans, serta sosialisasi.

Oleh karena itu, kata Dorkas, “Kami menghimbau kepada peternak babi yang ada di Kabupaten Sarmi agar peduli kesehatan ternak. Langkah-langkah pencegahan di usaha peternakan berupa menjaga sanitasi dan higienis kandang dan peralatan, lakukan desinfeksi kadang secara berkala, tingkatkan biosekuriti serta memberi pakan yang sudah dimasak terutama pakan dari sisa catering/hotel/kapal.”

Dokumentasi : Humas dan Protokoler Kabupaten Sarmi

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here