Diskominfo Sarmi – Dalam rangka percepatan stop BABS di Kabupaten Sarmi yang mana telah dicanangkan oleh bapak Pj Bupati Sarmi pada tanggal 17 Agustus 2023 yang lalu di Kampung Arbais, Distrik Pantai Barat.
Adapun kegiatan ini merupakan indikator dalam rangka penurunan stunting.
Dinas Kesehatan Kabupaten Sarmi yang bekerja sama dengan Wash GAPAI/UNICEF Papua, melakukan sosialisasi kepada masyarakat Kampung Siaratesa, bertempat di Balai Kampung Siaretesa, Distrik Pantai Barat, Kabupaten Sarmi, Jumat,13/10/2023.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sarmi, yang diwakili oleh Penanggung jawab STBM Bidang Kesmas Seksi Kesehatan Lingkungan Yulius Borowi, S.KM memberikan pemahaman kepada masyarakat yang hadir, tentang bahaya BABS dan resiko tertularnya penyakit kepada masyarakat dan juga terhadap pertumbuhan anak dan ibu hamil yang akan di rasakan oleh masyarakat, jikalau masih buang air besar sembarangan.
Yulius juga menyampaikan bahwa, deklarasi stop BABS dan Pencegahan Stunting ini adalah program kerja yang disampaikan oleh Pj Bupati Sarmi, agar Sarmi kedepannya tidak lagi terdapat masyarakat yang masih buang air besar di sembarangan tempat, agar tidak ada lagi kasus stunting yang diakibatkan oleh pencemaran lingkungan, tempat dimana masyarakat bermukim.
Selain itu, Fransiskus Leta, S.KM, (Fasilitator Office Wash GAPAI/UNICEF Kabupaten Sarmi) yang juga merupakan narasumber dalam kegiatan ini, menyampaikan bahwa, betapa pentingnya kesadaran dari setiap masyarakat, agar dapat buang air besar pada tempatnya (WC), karena program stop BABS dan Pencegahan Stunting ini, bukan hanya di Kabupaten Sarmi, tapi ini adalah program nasional.
Fransiskus juga menambahkan sebagai motivasi, memberi contoh kabupaten Biak, yang pada tahun 2023 ini, telah mendeklarasikan stop BABS bersama Unicef, Kementerian Kesehatan dan Pemerintah Daerah Kabupaten Biak pada umumnya.
Sementara itu, Fransiskus juga bersama masyarakat Kampung Siaratesa, melakukan pemetaan wilayah kampung, untuk dapat mengetahui, apakah masyarakat Siaratesa masih BABS atau tidak. Dan ternyata dalam pemetaan itu, hampir 95% dari jumlah penduduk Kampung Siaratesa masih buang air besar di sembarangan tempat, terutama di kali dan pepohonan di belakang rumah penduduk kampung.
Setelah dilakukan pemetaan bersama masyarakat, Fransiskus menyampaikan apa saja bahaya penyakit yang disebabkan oleh kotoran manusia yang di buang di sembarang tempat.
Yang pertama, tercemarnya makan yang disebabkan oleh lalat. Yang kedua, udara yang tidak lagi baik untuk masyarakat, tercemarnya air kali, yang biasa digunakan untuk mandi dan terganggunya janin pada ibu hamil, yang bisa menyebabkan terjadinya stunting pada anak yang di kandung oleh ibu dalam kampung itu.
Menutup kegiatan pemicuan ini, Yulius Borowi menyampaikan kepada masyarakat bahwa, apa yang kami temui hari ini di Kampung Siaratesa, akan langsung kami laporkan kepada pimpinan kami, dan kemudian akan diteruskan kepada bapak Pj Bupati, dengan penuh harapan Dinas Pemberdayaan Masyarakat Kampung, dapat mengakomodir dalam program kerja di tahun 2024 guna terpenuhinya akses sanitasi bagi semua warga.
Hadir pada kesempatan itu, Kaur Kesra Kampung Siaratesa, Suparmin, Bhabinkamtibmas, Brigpol Ricky N. Klemen, Babinsa Kopda Samsul Sehe, dan sejumlah masyarakat Kampung Siaratesa.